Muzayyin Arif

Menyusuri Cindakko, Melihat Kehidupan di Pelosok Sulawesi Selatan

Kali ini saya bersama tim mengunjungi sebuah daerah yang berada di pelosok kabupaten Maros, tepatnya di kecamatan Tompobulu, Desa Bonto Somba. Cindakko adalah nama dusun terpencil yang menjadi tujuan kami, dusun ini merupakan dusun terjauh di desa Bonto Somba.

Di perjalanan sejak meninggalkan kota Maros, (Kamis, 8/6/2023) siang itu langit tampak cerah. Semoga bermakna bahwa perjalanan kami diridhoi oleh Allah SWT. Kami singgah sebentar di desa Bonto Manurung, bertemu dan bersilaturahim dengan Kepala Desa, Pak Mustakim namanya tapi lebih akrab disapa Pak Dirman. Beliau menjamu kami makan siang, sehingga bisa mempersiapkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan.

***

Kami pun melanjutkan perjalanan.

Secara topografi wilayah desa Bonto Somba merupakan dataran tinggi dengan formasi struktur berbukit-bukit. Akses desa ini yang menjadi kendala utama, karena berada di atas perbukitan dengan jalan yang sangat terjal. Sulit dilalui bagi masyarakat dan menjadi medan yang berat, sangat beresiko dan berbahaya.

Dusun Cindakko yang berada di desa tersebut dikenal sebagai daerah yang sangat terpencil dan merupakan salah satu pelosok yang wilayahnya berbatasan dengan kabupaten Bone dan kabupaten Gowa. Karena berada jauh dari pusat kota, Desa Bonto Somba masih termasuk kawasan desa tertinggal dan terbelakang dari sisi pembangunan.

Kini saya hendak hadir disana, berkunjung dan melihat langsung kehidupan masyarakat lokal yang telah lama bermukim. Semoga kita bisa ikut terlibat memberikan dukungan untuk daerah-daerah terpencil dan memberikan perhatian kepada masyarakat, sehingga mereka juga bisa juga merasakan pemerataan pembangunan di daerah kita.

***

Akses Jalan Menjadi Kendala Utama

 

Sebelum memasuki desa Bonto Somba. Karena desa ini belum sepenuhnya bisa diakses dengan menggunakan kendaraan roda empat, maka kami terpaksa harus berganti kendaraan dengan roda dua. Sejumlah pemuda menjemput kami dan akan mengantarkan sampai ke tempat tujuan. Kondisi jalan yang dilalui terjal dan penuh bebatuan.

 

Tidak mudah menempuh perjalanan di daerah ini, penuh resiko dan berbahaya. Di sisi jalannya adalah tebing, sesekali curam dan menikung. Saya telah melihat kondisi kampung ini secara langsung.

Selain akses jalannya yang menjadi kendala, juga akses menuju perkampungan warga yang masih belum terhubung dengan baik. Belum ada jembatan yang bisa diseberangi oleh kendaraan, hanya bentangan bambu yang dibuat seadanya oleh warga.

Motor yang kami kendarai harus didorong melintasi sungai. Medannya sungguh sangat berat. Belum lagi saat musim hujan yang membuat volume air tinggi. Bisa dipastikan bahwa tidak ada warga yang bisa melintas di tempat ini. Saya beberapa kali terpaksa turun dari motor, tatkala bertemu tanjakan atau turunan karena menyulitkan pengendara mengendalikan motornya dengan beban berat. Saya turun dan berjalan kaki, begitu juga teman-teman yang lain.

Bagikan: