FAJAR, MAKASSAR u2014u00a0Ketua Dewan Pembina Sekolah Putri Darul Istiqamah (SPIDI) dan Sekolah Alam Darul Istiqamah (SADIQ), Muzayyin Arif, awalnya begitu berapi-api membahas perkembangan dunia pendidikan. Termasuk membeberkan data posisi pendidikan Indonesia di tingkat dunia saat ini.
Wakil Ketua DPRD Sulsel ini juga mengulas transformasi Sekolah Putri Darul Istiqamah (SPIDI) dan Sekolah Alam Darul Istiqamah (SADIQ) yang digagasnya. Mulai dari transformasi manajemen, kurikulum, pengembangan guru, metodologi, serta infrastruktur sarana dan prasarana.
Muzayyin pun mengulas capaian capaian dua lembaga pendidikan itu. Tahun ini saja, sudah meraih 291 prestasi dan 70 persen ditorehkan. Di antaranya, pada kompetisi tingkat nasional. SPIDI juga baru-baru dinobatkan sebagai Google Reference School ketiga di Indonesia dan pertama di luar Pulau Jawa.
Namun tekanan suaranya berubah ketika menyebut semua capaian itu tidak lepas dari doa orang tua di Darul Istiqamah, KH M Arif Marzuki dan Hj Andi Murni Badiu. Muzayyin yang tampak coba menahan, akhirnya menyerah. Air mata menetes.
u201cTerima kasih atas doa yang tak putus. Sesungguhnya capaian ini belum maksimal. Namun kami persembahkan untuk orang tercinta. Capaian ini hak beliau berdua dan kewajiban kami sebagai anak,u201d tuturnya.
Muzayyin juga meminta selalu didoakan agar terus bisa menjalankan transformasi pendidikan di SPIDI dan SADIQ. Memastikan pendidikan berbasis agama semakin maju dan pesantren tak lagi dianggap pilihan alternatif. Melainkan rujukan utama para orang tua dalam menyekolahkan anak.
.
.
.
Artikel ini pernah dimuat diu00a0https://harian.fajar.co.id/2023/06/04/di-depan-orang-tua-muzayyin-teteskan-air-mata/